Text
Etnoagronomi Indonesia, Belajar dari Perkembangan Teknologi Agronomi Berbasis Kearifan Lokal untuk Pembangunan Pertanian Masa Depan Berkelanjutan
Etnoagronomi adalah ilmu pertanian yang mempelajari pengelolaan lahan dan tanaman yang dikembangkan oleh berbagai etnis di dunia termasuk di Indonesia. Etnoagronomi telah mulai berkembang dan dipraktikkan sejak dimulainya pertanian, tetapi baru didefinisikan mulai tahun 1980 dan istilah tersebut masih sangat jarang digunakan. Indonesia memiliki keanekaan agroekosistem dan keanekaragaman hayati, memiliki lebih dari 30 suku bangsa dan lebih dari 300 kelompok etnis. Berbagai teknologi agronomi telah dikembangkan oleh berbagai etnis yang ada di Indonesia. Etnis tertentu mengembangkan tata ruang tradisional, misalnya sistem mamar di NTT; dan peramalan cuaca, misalnya pranata mangsa di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Agroekosistem rawa dikembangkan oleh etnis Banjar dan juga Jawa dengan sistem surjan yang kemudian menyebar sampai ke luar negeri. Bahan tanam ubi kayu dikembangkan oleh petani di Jawa Timur dengan sistem mukibat yang diakui oleh IITA dan CIAT sebagai teknologi berkelas dunia. Pengairan dikelola oleh etnis Bali dengan sistem subak yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia. Kopi luwak merupakan cara panen kopi khas Indonesia yang menghasilkan kopi termahal di dunia. Etnogronomi berbasis kearifan lokal terbukti mampu mengatasi berbagai masalah lokal, sehingga masih dipraktikkan secara masif oleh para petani di Indonesia, bahkan ada yang menyebar ke berbagai penjuru dunia. Meskipun demikian terdapat pandangan bahwa pertanian tradisional tersebut karena dianggap mempunyai produktivitas yang rendah, perlu diganti dengan pertanian modern. Pertanian berkelanjutan memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang etnoagronomi. Oleh karena itu, kegiatan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi etnoagronomi perlu untuk semakin ditingkatkan, salah satunya adalah melalui buku ini
Tidak tersedia versi lain